13 April 2010

Jangan Mengehentikan Langkah di Tengah Perjalanan

Bontang (13-4-2010).
Sebuah riwayat tempo dulu, seorang ayah dan seorang anaknya menunggangi seekor kuda yang masih sangat muda (seperti keledai).. Saat memasuki sebuah desa, mereka melintasi beberapa orang.. salah seorang dari mereka berkata, "hei, lihat, orang tua ini tidak punya perasaan pada hewan, mereka berdua menaiki seekor kuda yang masih sangat muda, bukankah seharusnya mereka menunggangnya bergantian??".

Mendengar penilaian begt, sang Ayah lalu turun dari kudanya dan membiarkan anaknya sajalah yang menunggangi kuda itu. Lalu keduanya melanjutkan perjalanan hingga tiba di sebuah kampung. penduduk kampung tersebut kembali mengkritik si anak, "betapa tidak berakhlaknya si pemuda itu, dia membiarkan ayahnya berjalan kaki sementara dia tenang duduk diatas kuda, padahal matahari sinarnya terik sekali siang ini". Mendengar penduduk berkata begitu, si Anak turun dari kuda dan meminta supaya ayahnya yang naik. Merekapun melanjutkan kembali perjalanan mereka.

Ketika tiba lagi di sebuah desa berikutnya, kembali masyarakat desa itu melontarkan kritik, "perhatikanla! sungguh sang Ayah tidak punya rasa sayang sedikitpun kepada anaknya... dipanas terik begini ia membiarkan anaknya berjalan kaki sementara dia duduk enak diatas pelana"...

Sang Ayah akhirnya berkata, "wahai anakku, sejauh ini langkah kita selalu keliru... rasanya yang terbaik adalah kita sama-sama berjalan kaki, biar saja kuda ini kita tuntun". Si Anak menyetujui ide ayahnya.

Merekapun kembali melanjutkan perjalanan hingga sampai ke sebuah kampung berikutnya. Ternyata, tidak berbeda dengan 3 kampung terdahulu, masyarakat kampung inipun mengkritik mereka, "Perhatikanlah kedua orang bodoh ini, mereka bersusah payah, berpeluh bermandi keringat dibawah sinar terik matahari, sambil menuntun kudanya. Padahal mereka punya kuda yang kokoh dan kuat serta tangkas. Apa gunanya kuda itu kalau tidak dinaiki?"....

Dari cerita diatas, ada hikmah yang dapat dipetik bahwa, betapa sulit kita menghindari penilaian orang lain terhadap apa yang kita lakukan. Semua perbuatan kita tidak ada benarnya di mata mereka. Oleh karena itu, janganlah kamu sekali-kali berhenti melangkah di tengah-tengah perjalananmu. Jika dalam mengerjakan sesuatu kita selalu mendengarkan omongan orang, prilaku kita tidak akan pernah terlepas dari kritik orang lain.

Tidak akan pernah ada karya / perbuatan seorang manusia yang sempurna, baik di negeri barat, maupun timur... Dan orang-orang yang melancarkan kritik itu, belumlah tentu lebih baik dan lebih pintar dari orang yang dia kritik... Lebih jauh lagi, mampukah orang-orang yang mengkritik itu memberikan jalan terbaik dan memperbaiki kelemahan-kelemahan orang yang dikritiknya??? jawabnya : Belum Pasti. Memang ada orang yang mampu mengkritik sekaligus memperbaiki kekurangan-kekurangan. Sayangnya kita kebanyakan hanya mendapati tipe orang yang mengkritik namun tidak mampu memberikan solusi untuk perbaikan-perbaikan. Mereka hanya mampu melempari pohon yang telah berbuah tanpa kemampuan untuk turut menyirami pohon itu hingga berbuah.

Dari wacana diatas, ada 3 (tiga) pelajaran yang dapat dipetik...
Pertama, Ketika anda akan berkreasi dalam bidang apapun, jangan khawatir karya anda akan dikecam oleh orang lain. Selama niat  anda berpijak pada nilai-nilai kebenaran dan kebajikan, tidak perlu anda merisaukan hujatan dan kritikan orang lain yang bermaksud menghancurkan. Karena jika diawal anda telah begitu memperhatikan kritikan orang lain, bisa jadi anda tidak akan pernah mencapai tujuan anda. Ketakutan anda terhadap kecaman orang lain, sangat memungkinkan akan membuat anda berhenti berkarya.

Kedua, Ketika karya anda mendapat kecaman / kritikan dari orang lain, bersyukurlah, karena dengan begitu berarti pohon yang anda tanam telah berbuah, karena tidak ada orang yang mau melempari pohon yang tidak berbuah. Dan untuk melegakan hati anda, begitu sering kita mendapati para pelempar (pengkritik) hanya mampu melempari pohon (karya) orang lain tanpa mampu menanam (berkarya) sendiri dan menghasilkan pohon yang lebat buahnya.

Ketiga, Betapapun sempurnanya hasil karya anda, pasti ada bahkan mungkin banyak kelemahan dan kekurangannya yang tidak terlihat oleh penglihatan mata anda. Karena secara psikologis, biasanya kita begitu puas, nyaman dan bangga menyaksikan buah tangan kita sendiri sehingga tidak mampu lagi melihat secara seksama kekurangan dan kekeliruannya. Disinilah dibutuhkan penglihatan orang lain yang mampu mengoreksi karya anda, sekalipun ia adalah musuh anda. Seorang yang bijak berkata : " diantara seribu kesalahan penilaian seorang musuh, percayalah bahwa pasti ada setidaknya satu diantara seribu penilaian itu yang benar tentang kekeliruan anda.

Terimalah kritikan untuk perbaikan dan peningkatan kualitas karya-karya anda berikutnya. Kreatifitas yang konstruktif, progresif dan produktif, tidak akan pernah mengenal kata FINISH. Wallahu A'lam...

Tidak ada komentar:

Posting Komentar