25 April 2010

Hemat Anggaran seakan Sedang Berpuasa

Senin, 26 April 2010.
Berpuasalah kamu agar menjadi orang yang bertakwa. Begitulah salah satu ajaran Islam yaitu mewajibkan umatnya untuk menjalankan ibadah puasa, khususnya di bulan suci Ramadhan. Menurut para ustad salah satu indikator orang berpuasa adalah takwa. Dari sini kita menjadi tahu bahwa semua kegiatan ibadah memilki indikator yang ingin dicapai.

Dalam menjalankan ibadah puasa, umat islam diberikan panduan dan petunjuk agar dapat menjalankan ibadah dengan baik dan benar. Panduan puasa berisi apa yang boleh dan tidak boleh dilakukan selama menjalankan puasa. Demikian juga waktu mulai menjalankan puasa sampai akhir ramadhan. Kapan sahur dan kapan berbuka. Semua aturan ini biasanya disosialisasikan menjelang bulan ramadhan tiba melalui pengajian dan majelis taklim baik di mushola kampung maupun di kantor mentereng.

Yang paling hebat dalam ibadah puasa adalah semua aturan tersebut tidak ada yang mengawasi artinya bahwa orang berpuasa atau tidak berpuasa tidak akan diketahui oleh orang lain. Berbeda dengan ibadah lain seperti sholat, berhaji dan berzakat. Puasa melatih kejujuran. Sehingga wajar kalau Allah sajalah yang akan membalasnya.

Mungkinkah nilai-nilai luhur dalam puasa dapat diterapkan dalam penyusunan anggaran? Terutama anggaran berbasis kinerja. Dalam PP Nomor 21 Tahun 2004 disebutkan bahwa K/L diharuskan menyusun anggaran dengan mengacu kepada indikator kinerja, standar biaya dan evaluasi kinerja.

Indikator kinerja merupakan uraian ringkas yang menggambarkan suatu kinerja yang akan diukur dalam pelaksanaan suatu program/kegiatan. Penetapan suatu indikator kinerja harus jelas, sejalan dengan pencapaian tujuan organisasi, tersedia biayanya, mempunyai dasar yang cukup atau argumentasi untuk ditetapkan (adequate), dan dapat dimonitor keberhasilannya.

Penyusunan anggaran yang mengacu kepada indikator kinerja dicerminkan dalam satuan output yang terukur. Pendekatan ini menekankan bahwa program dan kegiatan K/L harus diarahkan untuk mencapai hasil dan keluaran yang telah ditetapkan sesuai dengan Rencana Kerja Pemerintah (RKP).

Penyusunan anggaran juga didasarkan atas harga per unit satuan atas keluaran atau kegiatan guna mencapai efisiensi. Dalam penerapan penganggaran perlu ditentukan metode perhitungan biaya untuk masing-masing unit keluaran dan memperhitungkan biaya bersama (common cost) – suatu biaya yang diakibatkan oleh pemanfaatan fasilitas secara bersama untuk menghasilkan beberapa keluaran.

Jika suatu indikator kinerja telah ditetapkan maka, evaluasi kinerja baru dapat dilakukan. Evaluasi kinerja merupakan alat (tools) untuk melihat apakah suatu strategi, program/kegiatan yang direncanakan berhasil/gagal dalam mencapai tujuan yang telah ditentukan.

Puasa Hemat

Penyusunan anggaran berbasis kinerja sebenarnya hampir sama dengan pelaksanaan ibadah puasa, yakni berbasis kepada kejujuran. Kementerian/lembaga menyusun kegiatan dan indikator kegiatan sendiri. Demikian juga ketika menuangkan dalam biaya berdasarkan standar biaya yang sudah ditetapkan.

Spirit puasa adalah berhemat tetapi memberi manfaat besar bagi orang banyak. Spirit ini seyogyanya juga menjadi landasan dalam menyusun anggaran melalui RKA-KL. Menciptakan indikator keluaran untuk mencapai visi dan misi kementerian/lembaga sesuai dengan tugas dan fungsinya haruslah tepat dan jelas. Kejelasan dalam menyusun indikator keluaran akan memudahkan bagi kementerian/lembaga dalam menyusun suatu program/kegiatan.

Indikator keluaran yang baik biasanya disusun dengan bahasa yang jelas sehingga akan memudahkan pula bagi penelaah dalam meneliti kesesuaian program/kegiatan. Indikator keluaran yang baik akan menjadi titik tolak semua program/kegiatan sehingga fokus. Program/kegiatan yang tidak mendukung tercapainya indikator keluaran akan dihapus.

Kesederhanaan program/kegiatan suatu kementerian/lembaga akan menjadikan kementerian/lembaga lebih efisien dalam mengalokasikan anggaran. Efisiensi dalam pengalokasian anggaran ini diharapkan berdampak pada belanja kementerian/lembaga yang lebih hemat.

Demikian juga dalam menyusun suatu program/kegiatan, kementerian/lembaga berpedoman pada standar biaya yang sudah ditetapkan. Standar biaya berguna untuk mengukur input dalam menghasilkan unit keluaran. Standar biaya baik umum maupun khusus menjadi pedoman bagi kementerian/lembaga dalam menyusun anggaran demikian juga bagi Direktorat Anggaran I,II, dan III sangat membantu dalam pelaksanaan penelahaan. Standar biaya yang baik akan mengurangi pemborosan anggaran.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar