29 Maret 2010

KH. Agil Sirad Pimpin NU 2010 - 2015

Tribun - KH Said Aqil Siradk teripilih sebagai Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (NU) di Muktamar Ke-32 NU di Asrama Haji Sudiang, Makassar, Sabtu (27/3) malam.


Said mengalahkan kandidat lainnya, Slamet Effendy Yusuf, pada pemilihan putaran kedua. Hanya Said dan Slamet yang lolos ke putaran kedua karena bisa melewati dukungan minimal 99 suara pada pemilihan putaran pertama.
Said mengumpulkan 294 suara sementara Slamet mengumpulkan 201 suara. Satu suara dinyatakan batal.
Sementara KH Sahal Mahfudh terpilih kembali (oppo) untuk ketiga kalinya menjadi Ketua Rais Aam PBNU periode 2010- 2015. Ia memperoleh 272 suara mengalahkan KH Hasyim Muzadi yang meraup 180 suara

26 Maret 2010

Muktamar NU

MAKASSAR (Bisnis.com): Peserta Muktamar Nahdlatul Ulama hingga malam ini pukul 23.45 Wita masih menunggu jadi tidaknya pemilihan Rois Aam dan Ketua Umum PBNU 2010-2015.

Beredar kabar bahwa pemilihan Rois Aam akan dilakukan malam ini juga kemudian dilanjutkan ketua umum besok pagi. Namun, belum ada konfirmasi resmi dari panitia mengenai kabar tersebut.

Sebelumnya, Ketua Panitia Muktamar KH A. Hafizh Utsman mengatakan pemilihan Rais Aam dan Ketua Umum PBNU baru akan dilakukan besok pagi jika rapat pleno pengesahan hasil sidang komisi malam ini belum selesai sampai pukul 22.00 Wita.

Menurutnya, pemilihan tidak mungkin digelar terlalu larut malam demi menjaga kesehatan peserta yang sebagian telah cukup berumur. Dia menyebut perjalanan agenda muktamar termasuk pemilihan tersebut akan berlangsung mengalir saja.

"Rapat (pengesahan hasil komisi) harusnya jam 20.00, tetapi sampai sekarang belum karena ada komisi yang baru selesai menjelang magrib tadi. Kami lihat situasi, kalau rapat selesai sebelum jam 22.00, kami akan tawarkan kepada forum untuk pleno lanjutan pemilihan. Tapi kalau lewat, ya tidak bisa," kata Hafizh dalam jumpa pers malam ini sekitar pukul 21.00 Wita.

Saat ini, wartawan masih menunggu kepastian apakah pemilihan dilaksanakan malam ini atau besok.

Hafizh mengatakan seluruh agenda enam komisi telah rampung. Panitia tinggal melakukan perbaikan redaksional sebagai laporan akhir muktamar.

Muktamar kali ini dinilai berjalan mulus terbukti dari relatif cepatnya penyelesaian berbagai agenda. Panitia semula merencanakan pemilihan Rais Aam dan Ketua PBNU dilakukan Minggu 28 Maret.

Terkait pemilihan ketua umum PBNU, dari sekitar tujuh calon yang mengemuka pada awal muktamar, saat ini tinggal dua calon, yakni KH Sholahuddin Wahid dan KH Said Aqil Siradj yang disebut berpeluang terbesar. Malam ini kedua calon tersebut yang tampak menyempatkan diri berkeliling lokasi muktamar di Asrama Haji Sudiang Makassar untuk meminta restu sejumlah kiai berpengaruh.

Sementara itu, sejauh ini belum diputuskan mekanisme pemilihan Rais Aam, apakah lewat cara aklamasi oleh sejumlah kiai yang ditunjuk, atau melalui voting. Dua calon Rais Aam yang banyak dijagokan hingga malam ini adalah KH Sahal Mahfudz dan KH Hasyim Muzadi. KH Sahal merupakan Rais Aam periode 2005-2010, sedangkan KH Hasyim ketua umum PBNU masa yang sama.

Usulan mekanisme voting baru kali ini muncul di arena muktamar kaum nahdliyin. Sebelumnya, Rais Aam dipilih secara aklamasi oleh kiai dan menjabat seumur hidup. Tradisi tersebut bertahan sejak organisasi karismatik tersebut didirikan pada 1926.

Menteri Agama Surya Dharma Ali meminta putusan MK mempertahankan keberadaan UU Pornografi

Jakarta(Pinmas)--Mahkamah Konstitusi akan membacakan putusan gugatan ujji materi UU Anti Pornografi dan Pornoaksi siang ini pukul 14.00. Menyikapi rencana putusan itu, Menteri Agama Surya Dharma Ali meminta putusan MK mempertahankan keberadaan UU tersebut karena penting sebagai alat pelindung masyarakat dari bahaya pornografi. "Saya harap MK memutuskan dalam bentuk perkuatan pasal-pasal yang ada di UU Pornografi. Tidak perlu ada pencabutan, tidak perlu ada perombakan," katanya, Kamis, (25/3).

Surya menilai UU APP menjadi produk hukum yang cukup baik dan tegas untuk melindungi karakter bangsa. Hal itu sehingga seluruh masyarakat bisa terlindungi dari serangan budaya negatif pornografi yang bisa mengkikis karakter bangsa. "UU ini sudah cukup baik untuk melindungi karakter bangsa. Sekarang ini karakter bangsa itu menjadi sorotan," katanya.

Surya menyebutkan, bila tidak ada UU APP, maka negara tidak memiliki fondasi payung hukum untuk melindungi masyarakat. Hal itu berarti upaya untuk menyaring masyarakat dari serangan pengaruh negatif berupa pornografi sulit dilakukan. "Karenanya, saya kira perlu ada undang-undang yang tegas yang dapat memfilter masyarakat dari berbagai pengaruh negatif," katanya.

Surya juga menyesalkan, adanya sikap sebagian pihak menjadikan alasan hak kebebasan memperoleh informasi untuk menggagalkan upaya perlindungan negara atas masyarakat dari serangan negatif pornografi. Bila dibiarkan, masyarakat akan mendapatkan pengaruh negatif. "Saya kira tidak cocok pandangan seperti itu. Kita harus ada aturan yang memfilter masyarakat dari banjirnya pengaruh negatif dari berbagai tempat," katanya.

17 Maret 2010

Janji Manis (Politikus) di Saat Kritis

Banjarbaru (17-03-2010).
Tulisan ini diposting pada saat penulis sedang mengikuti Pendidikan dan Pelatihan Pimpinan Tingkat IV Tahun 2010.
Awal tulisan ini dimulai dari sebuah cerita 2 (dua) orang sahabat yang sedang pergi bersama ke suatu tempat. Ditengah perjalanan, mereka harus melintasi sebuah sungai yang agak dalam, sehingga keduanya harus melintasi sungai tersebut dengan sangat hati-hati.
Sahabat yang pertama dengan kepiawaian dan kelincahannya berhasil melintasi sungai tersebut dan berhasil menyeberang. Namun ketika sahabat yang kedua hampir berhasil melintasi sungai, tiba-tiba kakinya terpeleset. Sahabat yang pertama melintasi pun serta merta membantu menarik sahabat yang kedua. Masih dalam keadaan posisi berpegangan tangan, sahabat kedua (yang terpeleset ) berucap : " Oh, sungguh kawan, aku akan menghadiahi kamu uang yang banyak karena telah menyelamatkan aku ". Seketika itu juga sahabat yang pertama melepaskan pegangannya, dan akhirnya sahabat kedua jatuh ke sungai. Untung saja dia pandai berenang, dan akhirnya dengan perjuangan yang keras mampu sampai ke tujuan. Dia berucap dengan nada marah kepada sahabat pertama : " Mengapa kau melepaskan tanganmu ?". Sahabat yang pertama menjawab : "untuk mengambil hadiahku". Lalu sahabat kedua berkata lagi : " tidak dapatkah kamu bersabar menunggu aku sampai diatas ?". Sahabat yang pertama pun menimpali : "Dan tidak mampukan kamu bersabar hingga sampai diatas dengan selamat, baru kamu mengucapkan janjimu ?"......
Dari ceritera diatas, ada sebuah pesan yang terkandung, yakni : manusia memiliki penyakit yang suka mengobral janji ketika dalam keadaan terjepit. Seseorang akan mau menyerahkan segala yang dia miliki asalkan beban psikologisnya terbebaskan. Ketika dalam keadaan terdesak, manusia lazim (biasa) menawarkan janji-janji yang tidak pernah diucapkan sebelumnya, asal dia dapat terlepas dari keadaan terdesak itu.
Apalagi jika hal itu menyangkut reputasi, harta, atau bahkan jiwa.
Tatkala reputasi terancam, dan ada seseorang yang dapat mengatasinya, seseorang biasanya menawarkan mimpi-mimpi yang indah asalkan reputasi dan prestise anda tidak hancur.
Apakah hal tersebut salah ?.... Tidak... Hal itu sah-sah saja. Yang menjadi persoalan adalah bahwa hal tersebut teramat sering dilakukan oleh seseorang disaat berada diujung tanduk (terancam), namun janji-janji itu lenyap begitu saja tatkala ancaman telah terlewati.
Secara individual, konsekuensi akan hal tersebut tidaklah teramat besar, mungkin hanya akan mengecewakan atau membuat gelisah satu atau beberapa orang saja. Tapi bila secara sosial, hal itu akan berakibat sangat luas dan fatal. Celakanya, hal inilah yang sering (jika tidak ingin dikatakan banyak) dilakukan oleh para elit pejabat dalam dunia POLITIK. Mereka tidak segan menyemaikan janji-janji manis kepada masyarakat awam.
Ketika menjelang PEMILU / PEMILUKADA, para elit POLITIK mau bersusah payah dan berani mengeluarkan dana secara besar-besaran serta mengobral janji-janji kepada masyarakat agar partainya bisa eksis.Namun ketika partainya atau dirinya menang atau naik jadi pemimpin dan orang-orangnya naik jabatan, dengan mudah mereka melupakan janji-janji yang dulu mereka ikrarkan dihadapan orang-orang yang telah mempercayai dan berkomitmen kepada mereka.
Saat ini, kita tentu tidak akan sulit menemukan fenomena semacam ini, dimana seorang bupati / walikota mau bersusah payah mengunjungi sebuah dusun terpencil dan kumuh hanya untuk menghadiri undangan syukuran seorang rakyat jelata demi menjadikan hal itu sebagai ajang kampanye pencalonannya yang kedua. Saat itu, dia sedang berada di akhir masa jabatannya. Ia sedang berada di titik kritis. Ketika itulah ia mengobral agenda-agenda yang menakjubkan dan dapat menghipnotis masyarakat desa yang lugu dengan isyarat dunia POLITIK yang keruh. Hal ini adalah salah satu contoh dalam sebuah tatanan horizontal yakni hubungan manusia dengan manusia. Dalam hubungan vertikal yakni hubungan manusia dengan Allah Sang Pencipta, manusia juga sering berani mengobral janji sewaktu mengalami keterdesakan.
Manusia sering khusyuk berdoa mengutarakan janji-janji ketaatan pada Allah ketika musibah memporak porandakan hidupnya. Dalam berbagai keadaan, lisan, pikiran, perasaan dan jiwa bergema menyenandungkan puja dan pujian kepada Allah SWT dengan penuh harapan agar kesulitan hidupnya diganti dengan kebahagiaan. Bahkan manusia rela berjanji untuk mengabdikan seluruh sisa hidupnya dalam ketaatan kepada Allah SWT asalkan penyakit berganti dengan kesehatan, kesengsaraan berubah menjadi kebahagiaan, dan tangisan berubah jelma menjadi sebuah senyuman. Dalam kondisi seperti itu, manusia benar-benar mampu merasakan makna pengakuan sakral dalam permulaan shalat yang selama senantiasa diucapkan dengan datar saja : "Sesungguhnya shalatku, ibadahku, hidupku, dan kematianku hanya untuk-MU ya Allah Tuhan Semesta Alam".
Potret umum penyakit kebanyakan manusia ini, terpotret jelas dalam Al-Qur'an : "Dan apabila manusia ditimpa bahaya, dia berdoa kepada KAMI dalam keadaan berbaring, duduk atau berdiri, tetapi setelah KAMI hilangkan bahaya itu darinya, dia kembali melalui jalannya yang sesat, seolah-olah dia tidak pernah berdoa kepada KAMI untuk menghilangkan bahaya yang telah menimpanya. Begitulah orang-orang yang melampaui batas itu memandang baik apa yang selalu mereka kerjakan" (QS. 10:12)
Dalam ayat lainnya disurah yang sama, Al Qur'an mengartikan janji mereka dengan ungkapan : "Sesungguhnya jika ENGKAU menyelematkan kami dari bahaya ini, pasti kami termasuk orang-orang yang bersyukur" (QS. 10:22).
Kembali kepada cerita awal dari tulisan ini, secara global setidaknya ada 2 (dua) pesan yang dapat dipetik.
Pertama, bahwa dalam keadaan kondisi / posisi manusia itu kritis dan membutuhkan bantuan orang lain, sebaiknya tidak perlu mengobral-obral janji dan mimpi, karena belum tentu manusia itu dapat menunaikannya. Janji-janji yang diucapkan itu akan mendistorsi niat tulus ikhlas dari orang yang membantu, karena disadari atau tidak, bisa jadi orang yang membantu itu akan tergoda dengan apa yang dijanjikan. Akan lebih baik jika persoalan atau masalah itu diungkapkan dengan terus terang tanpa ada bujuk dan rayuan yang bombastis. Logikanya adalah, bahwa pada saat terdesak itu saja anda membutuhkan orang lain untuk membantu, bagaimana anda dapat memenuhi kebutuhan orang yang akan membantu itu ? Jadi, tuangkan sajalah atmosfer keadaan psikologis anda secara terus terang. Percayalah bahwa, kejujuran anda akan melahirkan kepercayaan orang lain terhadap anda. Bila anda berdusta atau tidak sanggup melaksanakan janji-janji atau komitmen anda, niscaya reputasi dan kepercayaan orang lain terhadap anda akan hancur lebur jadi debu. Konsekuensinya, orang akan sulit lagi mempercayai seseorang yang telah mengingkari janjinya apalagi berkhianat. Dan kosekuensi yang lebih fatal adalah pertanggung jawaban kepada Allah SWT. Boleh jadi anda akan lepas dari sanksi di dunia, namun sanksi diseberang kematian telah menunggu dan anda tidak akan terlepas dari itu.
Pesan Kedua yang dapat dipetik dari cerita tersebut adalah kita sebagai orang yang awam, asahlah nalar berfikir kita. Jangan mudah terbuai oleh janji-janji palsu dari para POLITIKUS yang terjepit dan membutuhkan suara kita. Tanyakanlah kepada HATI NURANI anda sebagai radar internal dalam diri untuk menentukan keputusan yang akan diambil. Jika para POLITIKUS telah demikian tingginya membuai dengan mimpi-mimpi yang tak terbeli, lebih baik kita tanggalkan saja dukungan kepadanya daripada nanti kita akan menyesal, karena saat kita menanggalkan dukungan kepada mereka sebenarnya kita telah meraih kemenangan psikologis. Ketika kita menanggalkan dukungan kita kepada mereka, maka pada saat itu pulalah kita telah mengambil hadiah kita. Wallahu A'lam.